News Update :

KABAR DPC

KIPRAH BIDPUAN

KOLOM

DUNIA ISLAM

SUPLEMEN RUHIYAH

Photo Album


Created with flickr slideshow.

Baksos Srigading: Pertama dan Menantang

Senin, 14 Mei 2012



KotaLawang (14/5)- Awalnya saya sempat ragu untuk mengadakan kegiatan di daerah tersebut. Terutama karena akses jalannya yang susah dilalui apalagi kalau terkena hujan semakin sulit untuk melewatinya. Kekhawatiran itu bukan untuk  saya tetapi khususnya kepada tim medis yang akan mengadakan baksos di sana. Jalan yang penuh batu terjal bergelombang di samping kanan-kirinya jurang makin menambah kengerian. Ya, itulah kondisi desa tujuan baksos (pengobatan gratis) berikutnya yaitu desa Srigading.

Seminggu sebelum pelaksanaan baksos kami dari pengurus PKS Lawang melakukan survey medan. Daerah yang kita tuju adalah dusun Jeruk  masuk wilayah desa Srigading. Ada dua pilihan jalan menuju ke sana. Masing-masing ada kelemahan dan kelebihannya. Pilihan pertama, jarak pendek agak sempit dan dengan sudut kemiringan cukup besar. Meskipun banyak batunya namun dibandingkan jalan satunya ini lebih baik. Sedangkan pilihan kedua, jarak agak panjang, cukup landai dan cukup lebar cocok dilalui  oleh mobil-mobil tinggi berbadan besar. Biasanya mobil suka melalui jalan ini. Mulanya kita sudah pastikan untuk memilih alternatif pertama namun saat hari H kondisi berubah dan mengharuskan lewat alternatif kedua. Perasaan panitia semakin  was-was.


Satu tim pendahulu sudah berangkat lebih awal untk mempersiapkan acara di sana. Sedangkan tim penjemput telah standby di titik penjemputan satu jam sebelumnya. Rencananya acara akan dimulai tepat pukul 8 namun sampai jam tersebut tim medis belum juga datang padahal warga sudah berdatangan dan menunggu cukup lama. Komunikasi sempat beberapa kali terputus antara tim pendahulu dan tim penjemput.
Alhamdulillah akhirnya pukul 09:30 tim medis dan tim penjemput akhirnya datang juga. Seketika itu kecemasan berubah menjadi keceriaan. Acara pun segera kita mulai dan puji syukur kehadirat Allah swt sampai dengan acara kita tutup tercatat 130 an pasien dari warga setempat. Antusiasme warga cukup tinggi. Salut untuk warga dusun Jeruk.

Keberhasilan ini juga ditopang oleh kesigapan dan kekompakan panitia lokal yaitu mereka-mereka yang tergabung dalam kelompok tani Tani Jaya desa Srigading. Meskipun sebagian besar mereka adalah orang-orang sepuh namun semangat mereka sungguh luarbiasa.

Sungguh pengalaman menarik. Karena ada kepuasan yang muncul dalam diri kami. Rasa perjuangan dan keberhasilan. Kesan yang teramat dalam bagi para pengurus PKS Lawang, tim medis maupun para panitia lokal. Mudah-mudahan kerja keras ini mendapatkan balasan dari Allah swt dan kita tetap istiqomah berkontribusi untuk rakyat Lawang. Amiin.


Kita Memiliki Apa Yang Negara Maju Miliki

Sabtu, 12 Mei 2012

Mukhamad Najib
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Tokyo




Salju turun dipergantian musim yang seharusnya sudah selesai. 4 maret 2012, dipinggir jendela kamar lantai dua, tepatnya di Radstock 15, saya ditemani buliran putih yang beterbangan, menyambar-nyambar kaca jendela yang melahirkan detak bunyi tak beraturan. Di bawah sana, anak-anak berlarian menembus hawa dingin sambil tertawa bersuka ria.


Di negara maju seperti Inggris, tidak sedikit rakyat terlena dengan kebebasan & kesejahteraan yang berpotensi membunuh daya juang anak-anak mereka. Anak-anak yang besar & bertemu dengan kondisi serba mudah dan serba boleh tidak merasa perlu harus bersusah payah menghadapi tantangan, tidak merasa perlu harus mengeluarkan semua daya untuk meraih apa yang diinginkan. Karena semua sudah tersedia.
Makanan, pakaian, kesehatan, perumahan, pendidikan bisa didapatkan mudah. Mereka merasa “toh nganggur pun akan mendapat tunjangan dari negara”. Jangan kita bayangkan anak-anak di negara maju selalu lebih unggul & kompetitif dari anak-anak di negara berkembang. 

Beruntung, kemajuan yang mereka miliki hari ini telah menjadi daya tarik manusia-manusia unggul dari berbagai belahan dunia untuk datang. Manusia-manusia unggul dari berbagai negara inilah yang terus menopang stabilitas kemajuan mereka. Sangat berbeda dengan negara-negara Arab, Malaysia, atau Hongkong yang banyak menyerap tenaga-tenaga kasar. Negara-negara maju hanya mau mereka yang berkeahlian. 

Negara seperti Inggris, Jepang, Canada, Amerika tidak menerima pendatang tanpa keahlian khusus. Ilmuwan-ilmuwan hebat dari berbagai negara, termasuk dari negara berkembang banyak mengajar di negara maju, professional-professional terbaik, enginer-enginer terbaik, perawat-perawat terbaik dari negara-negara berkembang memilih bekerja di negara maju. Jadilah negara maju kumpulan dari berbagai keahlian terbaik yang datang dari berbagai negara.

Dalam hal pendidikan, tidak sedikit manusia-manusia unggul dari berbagai negara datang ke Inggris untuk belajar dan rela membayar lebih mahal untuk hal yang sebenarnya boleh jadi bisa mereka dapatkan lebih murah dan lebih baik di negeri mereka. Mahasiswa internasional harus membayar biaya SPP secara penuh sementara mahasiswa Inggris & negara anggota European Union hanya membayar 30% biaya SPP.
Saya bertemu dengan mahasiswa Indonesia , dia bilang “saya datang ke oxford setelah lulus SMA. Untuk masuk Universitas kita harus ikut kursus mata pelajaran yang menjadi prasyarat jurusan yang kita tuju. Saya ambil matematika, fisika, kimia, biologi. Dengan mudah saya mendapat A di semua pelajaran, karena pelajaran di Indonesia sudah lebih advance, lebih sulit. Universitas pun memanggil saya tanpa tes.” Seorang dosen di salah satu universitas di London mengatakan kepada saya,”setiap 2 orang mahasiswa internasional sebenarnya membayar 1 orang mahasiswa lokal. Jadi kalau mahasiswa internasional kuliah di sini dengan biaya sendiri atau biaya negaranya, mereka telah mensubsidi penduduk lokal!”.

Dua obrolan di atas menarik bukan? Dimana menariknya? Pertama, di Indonesia siswa belajar lebih maju dari siswa di negara maju. Menariknya atau anehnya kita mau membayar mahal untuk pendidikan yang tidak lebih maju dari di negara kita. Kedua, ini lebih menarik lagi, ternyata negara berkembang mensubsidi pendidikan negara maju!.

Seringkali kita terkecoh oleh promosi “World Class University” yang katanya memberikan kualitas pendidikan dan fasilitas yang sangat baik. Memang mereka telah mampu membangun system dan budaya akademik yang baik yang mungkin belum dimiliki negara berkembang. Seperti budaya meneliti, budaya menulis, budaya diskusi, semua sudah terbangun secara sistematis yang membuat orang yang masuk ke dalam system tersebut akan mengikuti cara kerja system yang telah terbentuk.

Tapi system dan fasilitas tersebut saat ini sebenarnya di “langgeng”kan justru oleh para pendatang yang mau membayar mahal dengan uangnya maupun ke”jeniusan” nya. Seperti yang saya sebutkan tadi, setiap 2 mahasiswa internasional membiayai satu mahasiswa lokal. Mahasiswa internasional dari berbagai negara membayar lebih mahal dan biaya ini yang mereka gunakan untuk memperbaiki fasilitas layanan akademik mereka. Bahkan di beberapa universitas di London berdiri bangunan-bangunan megah yang merupakan sponsor dari negara-negara kaya di timur tengah.

Memang beasiswa tersedia untuk mahasiswa internasional, tapi dengan syarat mereka memiliki “kejeniusan” dalam hal tertentu yang sekiranya mereka butuhkan, seperti “kejeniusan” dalam hal akademik atau “kejeniusan” dalam hal sosial, seperti para aktifis. 

Mereka yang memiliki “kejeniusan” akademik akan menghasilkan penelitian-penelitian dan publikasi berstandar internasional yang membawa nama baik universitas mereka di Inggris dan kelak mendongkrak kualitas profil alumni dengan aktivitas akademik yang mumpuni, dan ini berimbas pada persepsi public pada kualitas universitas. Sementara mereka yang memiliki “kejeniusan” dalam bidang sosial kelak diharapkan setelah lulus mereka bisa menjadi opinion leader di negaranya masing-masing. 

Jadi silahkan tinggal anda pilih, datang dengan uang sendiri atau uang dari negara anda untuk mensubsidi mahasiswa lokal atau datang dengan “kejeniuasan” yang karenanya anda akan diberi beasiswa. Dengan kedua infrastuktur ini, dana & “kejeniusan” yang datang dari multinegara, maka tidak mengherankan mereka mampu menjaga “superioritas” system pendidikan mereka. Bukan oleh sumberdaya lokal mereka sendiri, tapi justru lebih banyak pasokan dari negara berkembang, dari kejeniusan anak-anak Pakistan, China, India, Indonesia, Malaysia, dan negara berkembang lainnya dan dari dana orang tua mereka atau negara mereka.
Saya yakin, kita memiliki semua kemampuan yang dimiliki oleh negara maju. Namun seringkali kita kurang percaya pada diri sendiri, kurang percaya pada anak bangsa sendiri, kurang mampu mengelola asset-asset bangsa sendiri untuk sebesar-besarnya kemanfaatan kita sendiri. Jika semua negara berkembang mampu mengarahkan sumberdaya keuangan dan “kejeniusan” anak-anak bangsanya untuk membangun system pendidikannya masing-masing, saya yakin negara seperti Inggris ini tidak lama lagi akan berada di ujung senja.

Salju sudah berhenti…sayapun harus berhenti…karena senja sebentar lagi berganti.
(www.eramuslim.com)


Raja Abdul Aziz: “Kami Semua Ikhwan”

Hidayatullah.com--Duta Besar Saudi untuk Mesir Ahmad Qathan menyampaikan bahwa pihaknya memiliki hubungan baik dengan gerakan Al Ikhwan.

Kepada Al Mashr Al Yaum (10/5/2012), Qathan menyampaikan bahwa Saudi menerima Al Ikhwan Al Muslimun di Saudi saat gerakan ini terlibat konflik dengan Jamal Abdul Nashr. Dan saat itu jama’ah ini melakukan usaha untuk membangun gerakan di Saudi. Qathan juga menyampaikan bahwa saat itu Raja Abdul Aziz merespon,”Kami semua al ikhwan dan kami semua muslimun”.

Qathan juga menyatakan bahwa hubungan pihaknya dengan saat ini Al Ikhwan terus terjalin dan pihaknya amat menghormati Al Ikhwan dengan penghormatan tertinggi dan tidak ada perselisihan antara pihaknya dengan Al Ikhwan.

SIARAN PERS KPU PROVINSI DKI JAKARTA



Sesuai Dengan Keputusan KPU Provinsi DKI Jakarta  No : 20/Kpts-Prov-010/2012, Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2012 yang memenuhi syarat adalah :

1. Faisal Batubara – Biem Triani Benjamin
2. Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Hendardji Soepandji, SH – Ir. H. A Riza Patria, MBA
3. Ir. H. Joko Widodo – Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM
4. Ir. H. Alex Noerdin, SH – Letjen (Purn) Nono Sampono
5. Dr. Ing. H. Fauzi Bowo – Mayjen (Purn) H. Nachrowi Ramli, SE
6. Dr. H. M Hidayat Nurwahid, MA – Prof. Dr. Didik Junaedi Rachbini

Dalam rangka meningkatkan pertisipasi pemilih dalam Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada hari Rabu, 11 Juli 2012, KPU Provinsi DKI Jakarta melakukan berbagai kegiatan sosialisasi, diantaranya adalah:

1. Lomba Cerdas Cermat Pilgub DKI Jakarta Tahun 2012 Tingkat SLTA se DKI Jakarta, yang diselenggarakan pada tanggal 18 Mei – 22 Mei 2012. Diharapkan SMA, SMK, dan MA se DKI Jakarta mengikuti lomba ini dengan mendaftarkan regunyai di KPU Kabupaten/Kota di wilayahnya masing-masing.

2. Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa yang terbuka bagi Mahasiswa Indonesia, Diploma/S1. Pengiriman hasil karya tulis selambat-lambatnya tanggal 28 Mei 2012.

3. Gebyar Pilgub dan Festival Demokrasi Tahun 2012 pada tanggal 27 Mei 2012 di Lapangan D Gelora Bung Karno Senayan. Melalui kegiatan ini diharapkan Warga Jakarta dapat memperoleh informasi seluas-luasnya terkait penyelenggaraan  Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2012, dan memperkenalkan Calon-Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta  2012 – 2017 melalui stan-stan mereka.

4. Sosialisasi Pilgub DKI Jakarta 2012 melalui SMS; KPU Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) dan para Operator telepon seluler akan mengirim SMS kepada Warga DKI Jakarta. Tema SMS: Pendaftaran Pemilih dan Himbauan datang ke TPS.

Sermua itu dilaksanakan demi tercapai peningkatan partisipasi Warga Jakarta dan tercapai sukses penyelenggaraan  Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2012.


Jakarta, 11 Mei 2012
KOMISI PEMILIHAN UMUM
PROVINSI DKI JAKARTA
KETUA,
ttd.
DAHLIAH UMAR

Tifatul: "Di Partai Islam, Kami Nomor Satu"


VIVAnews - Sudah lebih dua tahun Tifatul Sembiring menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Berbagai isu seputar pekerjaannya kerap menjadi sorotan. Misalnya, Pro kontra merebak saat dia hendak menutup akun anonim di jejaring sosial yang hanya berisi fitnah. Atau soal gagasannya memblokir konten porno di internet.


Berkunjung ke kantor VIVAnews.com di Menara Standard Chartered, Kuningan, Jakarta Pusat, Jumat 4 Mei 2012, Menteri Tifatul tampak santai. Dia masih memakai jas pada sore itu, dan  hanya ditemani seorang ajudan. Setelah uluk salam,  Tifatul dicegat oleh pantun selamat datang. Dia tertegun sejenak, lalu membalasnya:  "Sendu-sendu lagu asmara/Sendunya sampai bikin meriang/Rindu-rindu jumpa saudara/Rindunya sampai ke dalam tulang".
Obrolan santai pun mengalir. Tifatul lalu bercerita banyak tentang perkembangan teknologi informasi, dan pelbagai hal yang terluput oleh perbincangan publik. Misalkan, jejaring fiber optik yang telah 70 persen rampung, serta strategi pemerintah ke depan. “Jadi urusan saya bukan hanya soal pornografi saja seperti yang dituduhkan,” ujar Tifatul sambil tersenyum lebar.
Bukan cuma soal kementerian yang dipimpin, Tifatul yang mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera itu juga blak-blakan berbicara mengenai situasi politik saat ini. Termasuk posisi PKS yang disebut-sebut “goyah” di partai koalisi pendukung kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lalu, apa katanya tentang calon pemimpin bangsa pada 2014?
Simak petikan wawancara itu.
Seperti apa infrastruktur IT Indonesia saat ini, apa saja kendalanya?
Kalau berbicara tentang infrastruktur IT, kan International IT Indeks itu diukur dari tiga hal. Infrastruktur, sumber daya manusia, dan usage-nya, penggunaannya. Nah soal infrastruktur, kita perlu memahami kondisi geografis Indonesia, ini beda. Kita di sini sudah omong mobile, tapi ada daerah yang telepon saja belum masuk. Jadi ada semacam digital divide (kesenjangan), saat saya masuk sebagai Kominfo 2009. Maka kalau orang membandingkan dengan Singapura soal kecepatan sekian megabyte, kita masih ratusan saja. Ya benar juga. Tapi jangan bandingkan dengan Singapura. Mahathir Mohammad dalam buku Lee Kuan Yew, “How to Build The Nations”, berkomentar bahwa Lee itu ‘Big Frog in Small Pond’, jadi terlalu kecil Singapura bagi Lee.

Sementara kita, terbang dari timur ke barat saja perlu 9 jam dengan pesawat. Tapi target kita akan sampai ke sana. Oleh sebab itu, itu ada beberapa langkah yang sesuai dengan skema presiden. Jadi pertama kami bangun Desa Berdering. Seluruh desa sekarang sudah ada telepon, ini sudah sangat membantu. Kecuali ada desa-desa pengembangan.

Memang terbanyak itu mobile karena fixed-line kita tidak berkembang, hanya 8 persen. Saat ini mobile yang berkembang, saya rasakan sendiri di rumah, hampir tidak pernah gunakan fixed line, telepon kayak pajangan saja. Jumlahnya saat ini 33.100 desa yang kita bangun, itu telepon masuk desa.

Kemudian kami bangun Pusat Layanan Internet Kecamatan. Jadi setiap kecamatan ada internet. Tapi orang banyak salah paham, dikiranya ini punya pemerintah, tapi kami serahkan selama 5 tahun. Pembangunan itu dilakukan oleh swasta, kita kontrak lima tahun, dia cari uang dari sana, Seribu sampai tiga ribu per jam. Itu ditempatkan di kantor camat, jumlahnya  5748 kecamatan, ini semacam warnet tapi di kantor camat. Sebetulnya ini stimulasi saja, seperti desa kita saja yang jumlahnya 72 ribu, dari mana sisanya, itu swasta. Angka 33 ribu itu hitungan dalam World Information Summit di Tunisia 2005, diputuskan 50 persen masyarakat harus mendapatkan akses informasi, itulah yang dinamakan Universal Service Obligation (USO).
Di samping itu sifat kita kita merangsang saja, kalau ada APBN kita bangun infrastruktur. Sementara ada proyek Palapa Ring, itu swasta yang bangun, 82 persen sudah selesai, jaringannya Sumatra, Kalimantan, Jawa sudah, sampai Nusa Tenggara Timur sudah, yang belum itu Maluku sama Papua. Nah ini akan mulai dibangun dari Manado ke Ternate, terus ke Manokwari. Kalau ini selesai, ini disebut program Indonesia Connected, Indonesia tersambung kabel fiber optic, karena ini broadband jaringannya.

Dengan hal demikian kita harus bangun masing-masing kota, 27 provinsi sudah tersambung, tinggal bangun kabupaten kota, smart city, smart regency. Sebagian kota sudah ada, Jakarta, terus Surabaya, Semarang, Jogya, Medan, Palembang dan Makassar sudah mulai berkembang. Tapi kalau kita tanya Kalimantan Tengah ya belum. Penduduk kita juga tak merata, 20 persen di Sumatera, 5,3 persen Kalimantan, 7,8 persen Sulawesi, 54 persen Jawa, Bali Nusa Tenggara 2,3 persen, Maluku Maluku Utara 1,8 persen, Papua dan Papua Barat 1 persen. Jadi memang bagi pebisnis ini tidak seksi. Papua, siapa lagi yang mau pakai, jadi tidak bisa itu, kita tidak punya dana, makanya kita pakai skala prioritas.

Nah di Jawa ini kita rangsang sudah luar biasa, pembangunan fiber optic, ke Bogor, Depok, Tangerang sudah menyambung. Seluruhnya 50 ribu km lebih, yang sudah diinstal 42500 Km.
Itu baru soal telekomunikasi saja?
Ya, itu baru satu bidang telekomunikasi, belum broadcasting. Tentu Pemerintah bangun TVRI. Selama periode ini kita bangun 31 stasiun, kita ingin membangun ini proyek IPTS, soft loan dari Spanyol, membangun sekitar 60 lagi untuk TVRI.
Sementara di telekomunikasi 2G ke 3G, Wimax sudah jalan, LTE mau masuk. Wimax baru jalan, ini satu antena layani 240 user speed-nya beda, jadi begitu masuk LTE kalah dong Wimax, ini suatu keniscayaan. Teknologi yang tak bisa kita rem.

Bagaimana dengan e-commerce, Indonesia sudah siap?
Ya sebetulnya yang dimaksud kita itu siapa, stakeholder kita siapa. Kalau yang membangun, dari segi perangkat dan regulasi sudah kami sediakan, infrastruktur sudah. Tinggal konten.

Sudah sejauh mana?
Regulasi ini sudah disiapkan, untuk e-payment. Setahu saya sudah harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM. Formatnya Peraturan Pemerintah, karena UU Transfer Dana sudah ada, UU No.3 Tahun 2011, itu Bank Indonesia. Nanti orang bisa kirim uang lewat handphone, ke satu agen di desa, bisa cash out, nanti agen dapat per mile.

Indonesia punya potensi mobile payment, tapi terbentur regulasi?

Kalau transfer kan sudah selesai peraturannya, dari sini sebetulnya, tapi yang mengajukan model payment seperti di Kenya (cash out) belum ada. Saya sudah banyak baca literatur soal itu, tapi sudah ada Flash, T-Cash, Doku. Jadi terus terang itu bukan pemerintah yang bangun, itu harus swasta. Sarana sudah ada sampai kecamatan, terus mau diapakan. Ya tentu mereka lagi yang berpikir, saya pikir harus konvensional sedikit, misalnya konten yang kita distribusikan konten soal pertanian, mitigasi efek bencana, kelautan, harga-harga pasar. Tapi kalau Anda ingin berbisnis itu kreativitas bisnis, silakan ini jaringan sudah ada.

Insentif dari pemerintah untuk merangsang belanja online, misalnya bebas pajak?
Ini terus terang kita sedang bicarakan dengan Menteri Keuangan. Saya setuju dengan pola ekspansi itu, tapi kan negara ini bukan milik saya.
Kalau Kementerian Kominfo ini sudah hasilkan PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) besar, Rp 12,8 triliun per tahun 2010, target 2011 kami melebihi target, 104 persen yaitu Rp 11,5 triliun. Kami nomor dua di bawah Kementerian ESDM yang punya minyak gas. Kami ini hanya jual udara kosong, spektrum frekuensi. Ini kan perlu kreativitas agar menghasilkan ini, waktu hasilkan PNBP Rp 12,8 triliun, anggaran kita cuma Rp 2,8 triliun. Ini salah satu cara saja membangun birokrasi dengan mensiasati anggaran kecil.

Anda dikenal sebagai menteri yang aktif di Twitter. Bisa diceritakan awalnya kenapa?
Jadi awalnya saat jadi menteri, waktu itu Twitter kan belum populer, saya bayangkan kalau bagaimana kalau nanti ada yang nanya, “Di Twitter ada ini”, kemudian saya jawab “Apa itu Twitter”, kan lucu. Saya akhirnya buka akun Twitter. Rupanya ke sini social media punya pengaruh besar di sosial, politik, ekonomi. Ada pengamat sosial kita yang mengatakan struktur sosial kita hancur, flat semua, tak ada hierarki lagi, juga merusak bahasa, tapi positifnya kita tidak kuper.

Negatifnya ada yang asal ngomong saja, pakai akun anonim. Saya selalu katakan mengapa internet tidak digunakan untuk hal positif. Kenapa tidak dimanfaatkan untuk riset, bisnis, untuk komunikasi bermanfaat, apalagi pengguna Indonesia paling aktif online, chatting, social media.

Serangan ke Anda di Twitter biasanya soal apa?
Yang paling banyak soal IT, soal kecepatan, ketersediaan, kualitas, dan keamanan IT. Misalnya “Saya dikirim SMS terus nih”, marahnya ke saya. Tapi saya tidak jawab, kapan-kapan saja. Tapi soal kecepatan, karena pertumbuhan pengguna internet dalam 6 tahun kita eksponensial tahun pertama 2 juta, tahun kedua 8 juta, terus jadi 45 juta, ini eksponensial. Orang inginnya semua cepat, murah, mau bagus tapi tidak mau bayar. Kalau kita berhubungan dengan ISP dan ada pilihan kecepatan.

Internet makin bebas, pemain global banyak masuk. Apa visi Kominfo?
Saya demokratis saja, bebas tapi tanggung jawab, tidak ganggu orang lain. Harus ada aturan main. Amerika juga bebas, tapi ada aturan main.

Termasuk gebrakan soal BlackBerry?
Kita ini punya 6 tuntutan, 5 sudah dipenuhi, tinggal satu lagi, server. Yang sudah adalah buka kantor, 80 persen pakai tenaga lokal, kerjasama dengan pengembang aplikasi lokal, tutup pornografi, layanan purna jual sudah. Menurut pengakuan ke kami sudah ada 50 tempat. Tinggal satu, masalah server, tapi ini menunggu, semuanya saja belum pasang.

Dalam hal ini saya tidak ada 'tedeng aling-aling', meski dengan asing. Termasuk saya yang ngotot, saat BNI tidak boleh memasukkan tower asing. Harus 100 persen lokal. 

Saya dalam bab ini agak keras, kita tidak mau jadi penonton saja. Dia cari makan di sini, sama Malaysia juga saya ngomong begitu, XL juga cari makan di sini, pelanggan XL 46 juta dari Indonesia. Ada juga orang mengkritik langkah saya soal BlackBerry, sampai saya keluarkan pantun: “Burung gagak bawa cincin, tidak bayar pajak kok dibelain.” Itu yang saya tulis di Twitter “enough is enough”, kalau barganing kita tidak bisa 'tedeng aling-aling'.

Mereka pelanggan 5 juta, belum black market sekitar 2 juta, ini versi kita. Dia bikin kontrak ke operator, saya tanya ke operator, kata mereka ini bisnis model. Pelanggan ditarik katakanlah Rp 120 ribu, 7 USD langsung masuk ke sana tanpa ada pajak. Dia juga tak bangun infrastruktur, dia kirim lewat satelit, fiber optic. Operator Indonesia inilah yang bangun jaringan, bayar pajak, nanti kalau ada gunung meletus, baru mereka kasih bantuan. Ini tidak adil, itu penghasilan mereka dengan 5 juta per tahun penghasilan mereka Rp 5 triliun, saya sudah hitung itu.

Pasar iklan terbesar dibawa Google, tanpa mengalir ke Indonesia. Ada upaya apa untuk mengatasi soal itu?
Saya sekali lagi bilang bagaimana agar itu harmonis. Ya tiga itu tadi, infrastruktur, SDM dan usage. Usage kita naik di dunia peringkat 15, dulu kita penggunaannya 67 naik ke 53 peringkat sukses IT, ini termasuk kualitas, ini yang mengukur International Indeks IT itu tadi.

Kalau ditanya, ya kami merangsang saja. Buat bisnis apa, buka saja yang membangun infrastruktur, memberikan beasiswa, merangsang ICT sampai ke penggunaannya, sebetulnya bisa efisiensi besar. Kami berharap dengan begitu, private sector yang berpikir menyedot Rp 400 triliun, capital expenditure kita terbesar ke asing, alatnya dari asing semua. Makanya saya selalu bargain misalnya dengan Huawei atau Ericsson, “Anda buat apa di Indonesia, bikin pendidikan dong, kontainer LTE Anda kirim ke sini dong, biar mahasiswa kita bisa belajar.” 

Yang saya maksud kita harus berkembang ke future, ini kreativitas, orang tak terbatas. Ini bisnis otak, ini bisnis yang tidak hasilkan korupsi, dari modal murah. Jebolan INA ICTA (Indonesia ICT Award) 2010 jadi milyader, mereka jago-jago. Jadi kreativitas, IT ini dan INAICTA jauh lebih hebat dari itu. Untuk SDM, kita ada INAICTA ini kan dari SD, SMP, SMA, nanti pemenangnya kita kirim kompetisi IT tingkat Asia.

Sekarang soal TV Digital. Bagaimana perkembangannya?

Jadi itu 2012, TVRI 4 channel sudah digital. itu keniscayaan. Satu frekuensi bagi 12 channel, MNC saja punya 3 frekuensi sendiri, itu sebenarnya melanggar UU No 32 tahun 2002 (tentang Penyiaran), di digital itu tidak bisa lagi.

Ada yang punya sampai tiga frekuensi, mestinya satu owner hanya punya satu frekuensi dalam satu zona. Dengan digitalisasi nanti cuma satu frekuensi, dengan sistem Digital Video Broadcasting Terestial Second generations (DVB-T2), kami harapkan pertengahan tahun ini, Juni sudah seleksi, keputusan IPU 2005, 17 Juni 2015, harus switch off dari analog ke Digital, dan kita bisa melawan, cuma kita ini konsumen, dunia sudah migrasi.

Digitalisasi TV bagus. Tapi secara industri bagaimana?
Memang akan semakin kuat kompetisinya, cuma tak bisa dimonopoli. Jabodetabek sudah moratorium itu untuk TV dan Radio. Untuk itu kita harus migrasi, ada sisa frekuensi, karena kita beralih ke digital.

Kita buka 6 multiplexer, di Jabodetabek ada 24 kanal, terus kita buka 72, sisa 8 lagi yang masuk, pemain baru akan masuk, tapi kan pasti ada keberatan dari pemain yang sudah ada, kan kue harus dibagi. Kalau tidak, namanya monopoli, apalagi nanti digunakan untuk kampanye.

Bicara kampanye, bagaimana persiapan PKS di Pemilu 2014?
Ini boleh dianalisis, 2014 ibarat “The Last of the Mohicans”, generasi akan berpindah. Kita lihat sajalah, UU mengharuskan capres harus diajukan oleh partai politik.

Kita hitung saja partai yang masuk Parliamentary Threshold di DPR, ada sembilan partai. Terus nanti masuk Nasdem. Nah kita lihat, Demokrat ini apakah akan tetap 20,8 persen atau turun setelah situasi begini. Survey LSI mengatakan Demokrat sudah turun ke 13,7 persen, ini salah satu ukuran. Itu adalah partai terbesar. Lihat juga Golkar, feeling saya turun karena ada Nasdem. Dulu 2004 ke 2009 Golkar turun 7 persen, karena ada Hanura dan Gerindra.

Nasdem ini tidak akan ambil kavling PKS, itu kamarnya lain. Dari tahun ‘55 selalu begitu, nasionalis 60 persen dan yang Islam 40 persen. Itu memang market-nya segitu, tidak akan bercampur, tapi yang menang selalu nasionalis.

Jadi kalau Golkar turun, PDIP feeling saya juga turun, karena generasi ada siapa lagi, Puan? Orang berharap masih Ibu Mega. Setelah itu PKS. Kalau ini 14 persen, 15 persen, atau 12 persen, katakan seperti itu, siapa yang mau jadi presiden, kan begitu. Kalau saya usul, 15 persen baru ajukan presiden. Sekarang ini koalisi 74,6 persen, tapi begitu ada masalah sedikit, gempa.

Maksud saya ini situasi ke depan, bahwa negeri kita ini sangat rentan terhadap kepemimpinan nasional. Salah satu faktor yang menentukan di Indonesia itu ya kepemimpinan nasional yang kuat, kalau itu tidak tercipta itu habis.

PKS optimis naik?

Harapannya begitu, kami ini sekarang nomor 4, di partai Islam kami nomor satu, semua kan gaya konservatif. Ini sudah terbuka, sudah kontestasi.

Siapa calon yang akan diajukan PKS?
Saya tidak bicara soal calon. Ini artinya untuk membentuk kepemimpinan yang kuat, kita harus koalisi, sementara komunikasi antar elit ini jelek sekali. Intinya jika itu tidak diperbaiki, makanya saya usul rekonsialisasi nasional. Menurut saya, PKS kalau tidak sampai 15 persen, nggak usah mencalonkan deh, tapi kalau sampai 15 persen kami berani mencalonkan Wapres.

Mengapa komunikasi antar-elit tidak baik?
Dulu masih ada orang seperti Jusuf Kalla. Waktu ada masalah, semua partai diundang, bahkan PDIP. Diundang makan, dan setelah itu beliau tanya: "Apa tadi masalah kita". Diselesaikan masalahnya. Sekarang ini figur itu belum ditemukan.
Ada jutaan pemilih muda di 2014, bagaimana strategi PKS merangkulnya?
Mereka kritis. nah PKS ini terbuka, tidak tertutup. Ada kontestasi ide. Kalau yang lain banyak tertutup, tunggu kata ketua umum, dewan pembina. Apa anak-anak muda itu senang dengan model begitu?
Dalam koalisi, setiap ada perbedaan pendapat, PKS selalu disudutkan. Bagaimana menanggapinya?
Dalam pepatah Arab, "waktu adalah bagian dari penyelesaian". Kami tunggu waktu, tidak usah diramaikan. Karena banyak persoalan lain. Setelah BBM ada Mayday, kemudian Angie, dan lain-lain. Bisa dibayangkan durasi informasi makin sempit, pagi begini sore sudah beda.
Seperti apa pengalaman Anda 2,5 tahun di kabinet?
Seperti yang saya katakan, memang harus ada passion, dan juga harus 24 jam siaga terus. Kalau saya karena berkesesuaian bidang saya di IT, ditugaskan di IT. Alhamdulillah target tercapai. Saya cukup puas walau keinginan banyak. Dalam hidup memang tak bisa semua yang ideal terwujud semua, tapi paling tidak prosentasenya bisa ditetapkan. Saya melihat secara keseluruhan negara ini banyak sekali yang bisa melejit.(np/www.vivanews.com)

Partai Islam Aljazair Diperkirakan Menangi Perolehan Suara

Jumat, 11 Mei 2012

Hidayatullah.com--Para analis mengatakan koalisi Islam moderat yang mencakup Front Pembebasan Nasional yang berkuasa di Aljazair, diperkirakan akan muncul dengan perolehan suara terbanyak ketika hasil awal pemilu negara itu diumumkan hari ini.

Kemenangan Islam, dalam pemilu pertama di Aljazair sejak mulainya pergolakan Arab atau Arab Spring itu, akan menyerupai hasil pemilu di Maroko, Tunisia dan Mesir. Demikian dikutip Voice of America (VoA).
Hari Kamis, rakyat memberi suara untuk pemilihan 462 anggota parlemen.  Kira-kira separuh dari ke-44 partai politik yang bersaing dilegalisasi tahun ini.

Para aktivis oposisi, dengan alasan ketidakpercayaan pada reformasi yang dijanjikan pemerintah, menganjurkan agar rakyat pemilih tidak pergi ke TPS untuk memberikan suaranya.Kementerian Dalam Negeri Aljazair mengatakan partisipasi rakyat dalam pemilu tahun ini sekitar 44 persen, sedangkan dalam pemilu tahun 2007 partisipasi mencapai rekor terendah 37 persen.

Presiden Abdul Aziz Bouteflika sebelumnya mengumumkan beberapa reformasi undang-undang dasar setelah protes pro-demokrasi pecah tahun lalu. Pemerintahnya, untuk pertama kalinya, juga menerima kehadiran peninjau pemilu internasional sebagai bagian usaha untuk meningkatkan transparansi.

Parlemen baru itu akan memberi suara mengenai rancangan perubahan undang-undang dasar dan meletakkan dasar-dasar bagi pemilihan presiden tahun 2014.* (www.hidayatullah.com)

Poktan Srigading, Berkembang Dalam Keterbatasan

Selasa, 08 Mei 2012





Kota Lawang- Kemarin ahad (6/5) kami menyempatkan diri untuk bisa bersilaturahim dengan kelompok tani di desa Srigading. Keinginan ini sempat tertunda lama dan alhamdulillah baru bisa terealisasi kemarin. Butuh kemauan, tekad yang kuat dan kesabaran untuk bisa pergi ke sana sebab informasi dari beberapa teman jalan menuju ke area sana sungguh memprihatinkan alias tidak layak. Jangankan mobil untuk roda dua saja sangat susah. Pada awalnya memang jalan ini beraspal beberapa puluh tahun yang lalu namun karena tidak terawat maka saat ini tinggal bebatuan yang menonjol, ada juga sisi yang hanya terdiri dari tanah berombak. Kondisi ini semakin parah manakala hujan turun dan membuat jalan menjadi licin. Maka tidak heran, jika setiap orang yang notabene berada di kota enggan singgah ke desa ini.



Srigading merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Lawang. Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya dari hasil hutan,tanaman kopi dan sejenis tanaman keras lainnya.
Siang itu kami dari perwakilan pengurus DPC bertamu di rumah salah satu anggota poktan Tani Jaya dengan ditemani pak Misnan (ketua Poktan) dan beberapa anggota lainnya.  Banyak hal yang kami bicarakan terutama hal-hal yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan taraf hidup para petani salah satunya adalah akses dana bantuan dari pemerintah untuk kesejahteraan para petani.

“Masyarakat sangat membutuhkan adanya bantuan itu karena dapat meningkatkan kesejahteraan para petani.” tutur pak Misnan. “sebagai contoh bantuan mesin pertanian dari PKS yang diberikan beberapa waktu lalu sangat bermanfaat bagi kami. Dengan alat itu panen jagung hanya dibutuhkan waktu yang singkat dan hasilnya pun optimal.” Tambah pak Misnan.


Selain berbincang-bincang kami pun berkesempatan untuk mengunjungi balai dusun yang rencananya akan dipakai untuk pengobatan gratis pekan depan. Begitu pula ketika kami sholat dhuhur di sebuah mushola di sana. Kondisi yang kurang baik terutama di tempat wudhu membuat kami cukup prihatin. Tentu kami berharap akan banyak bantuan dana yang bisa diakses guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Saat perjalanan pulang kami sempat terpikirkan ide cukup cemerlang. Apa itu? Untuk menguji militansi (istijabah) dan kesabaran kader bagaimana kalau kita minta mereka berkunjung ke Srigading? Kami pun serentak menjawab SETUJU...!!!


Jalan Sehat Meriahkan Milad PKS ke 14

Senin, 07 Mei 2012


Kota Malang- Pagi itu Ahad (6/5) simpang balapan Kota Malang sangat ramai. Tampak ribuan orang yang didominasi pakaian putih berlogo bulan sabit kembar berkumpul di depan sebuah panggung besar di salah satu sudut mulai dari anak kecil, remaja, orang dewasa bahkan sampai nenek-nenek.  Sebuah baliho besar terpampang jelas bertuliskan “Maju Malangku Sejahtera Rakyatku”. Tak ketinggalan ratusan pedagang makanan asongan dan kaki lima ikut meramaikan acara tersebut. Ya, pagi itu adalah acara puncak memperingati Milad PKS ke 14 di kota Malang yaitu jalan sehat.

Selain di hadiri oleh para pengurus teras DPD Kota maupun Kabupaten, acara ini juga dihadiri oleh Presiden PKS ustadz Luthfi Hasan Isqaq. Beliau di daulat untuk mengibarkan bendera start tanda dimulainya jalan sehat.


Acara kali ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Ada nuansa istimewa dengan hadirnya salah seorang kader yang diamanahi untuk maju sebagai calon walikota Malang. Ia adalah Arief HS ketua fraksi PKS DPRD I Jawa Timur. Jalan sehat kemarin memang salah satu tujuannya adalah untuk mensosialisasikan Arief HS untuk maju di dalam Pilwali kota Malang 2013.

Selain ikut jalan sehat, para peserta juga disuguhi atraksi menarik diantaranya tarian barongsai dan permainan pedang oleh seorang anak perempuan. Dan di acara puncaknya adalah pengundian hadiah-hadiah menarik seperti kulkas, TV, kompor gas dan sepeda motor.

Dari Terpilihnya Hidayat, Kenapa Didik, Hingga Solusi Untuk Jakarta

Sabtu, 05 Mei 2012


Islamedia - Bakal calon Gubernur DKI Jakarta dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, menyempatkan diri berkunjung ke redaksi VIVAnews.com di lantai 31 Menara Standard Chartered, Jalan Dr Satrio, Jakarta, Selasa 3 April 2012 lalu.


Datang dengan menggenakan kemeja oranye, mantan Ketua MPR RI periode 2004-2009 itu bercerita seputar macet dan banjir Jakarta, serta kesiapannya menjadi Cagub DKI Jakarta. Sebelumnya nama Hidayat tidak pernah muncul dalam perebutan kursi orang nomor satu di Ibukota.

Hidayat Nur Wahid yang berpasangan dengan Didik Rachbini itu mengaku tidak pernah menyangka ditunjuk untuk maju. Bahkan saat ditetapkan DPP PKS, ia sempat kaget lantaran partainya sudah mempersiapkan Triwicaksana.

"Kalau Anda kaget, saya juga kaget. Saya tidak pernah minta dan saya mimpikan. Tidak pernah saya kasak-kusuk untuk mendapatkan posisi ini," ujar Hidayat.

Berbicara tegas sambil menggerakkan tangannya, Hidayat Nur Wahid juga bercerita banyak soal proses pemilihan dirinya yang begitu cepat. Ia sempat mendorong agar Triwicaksana atau biasa dipanggil Sani tetap dimajukan sebagai calon gubernur. Lihat foto kunjungan Hidayat Nur Wahid di sini.

Berikut wawancara Hidayat Nur Wahid dengan VIVAnews:

Bagaimana PKS akhirnya memilih Anda?
Kalau Anda kaget, saya juga kaget. Saya tidak pernah minta, dan saya mimpikan, tidak pernah saya kasak-kusuk untuk mendapatkan posisi ini. Minggu dan Senin saya diajak rapat, dan saya selalu mendorong agar apa yang sudah dipersiapkan yakni Bang Sani dimajukan dengan beragam argumentasi.

Sampai hari Senin saya mengajukan alternatif. Ada dua dari independen, dua Gubernur, dan dua walikota, Jokowi dan Nurmahmudi dipasangkan dengan Sani. Itu pernah muncul, karena Nurmahmudi sudah dua kali menjadi Walikota Depok, dan itu cukup kalau masuk Jakarta.

Sampai Senin, saya rapat Komisi I DPR, dan ada rekan-rekan PDIP dan saya berkomunikasi bagimana kalau Jokowi-Sani dipasangkan. Jadi singkatannya nanti (Joni). PDIP menyambut antusias, Gerindra juga antusias. Tapi saat dikomunikasikan dengan Ibu Mega, ternyata beliau sudah punya komitmen dengan Prabowo yang sudah punya calon.

Sekitar pukul 16.00 WIB, saya ditelepon presiden PKS, dan Ketua Majelis Syuro PKS untuk datang ke DPP. Saya disodori map untuk ditandatangi yang isinya saya diputuskan untuk maju. Di situ ada Bang Sani dan saya tanyakan ke Sani bagaimana ini, beliau mengatakan rela karena itu keputusan partai.

Bang Sani ada saat itu?
Iya. Dia juga dilibatkan dalam prosesnya. Memang tidak mungkin juga PKS sebagai pememang kedua malah tidak maju, atau mati angin di titik terakhir, dan itu jelas tidak sesuai dengan jati diri PKS yang periode lalu pemenang pemilu dan yang sekarang pemenang kedua dan tidak rasional.

Ketika saya dipilih jadi ketua MPR tidak pernah merasa naik gunung. Atau ketika saya diperintahkan partai jadi gubernur saya turun gunung, saya hanya merasakan bagaimana menjalankan tugas yang baik bagi partai, bangsa. Selama saya menjalankan tugas hasilnya terukur.

Ketika saya jadi Presiden PKS, Alhamdulilah di DKI PKS menang pemilu, dan 2004 PKS mendapatkan kenaikan yang sangat signifikan dengan tujuh kursi menjadi 45 kursi, dari 1,3 juta pemilih menjadi 8,4 juta pemilih. Kenaikan 600 persen.

Saya ditugaskan jadi calon gubernur ya sudah, saya laksanakan saja.

Lalu bagaimana muncul nama Didik J Rachbini?
Nama Didik bukan PKS yang munculkan, tapi diajukan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa. Awalnya dikirim satu nama lalu kita kaji, agaknya nama ini tidak akan menambah suara atau menambah kredibilitas koalisi, lalu PKS minta nama lain, ada tiga waktu itu salah satunya Didik dan kami cepat menerima beliau karena kami sudah terbiasa di kampus, di ICMI, kegiatan LSM. Dan akhirnya kita menerima dia menjadi bagian dari kami. Tentu saja ada faktor penugasan dari partai.

Bagiamana Anda melihat Jakarta?
Jakarta itu peluang yang besar. Saya asli dari Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, tetapi sejak 1992 sudah di Jakarta. Awal saya ke Jakarta saya selesai kulaih S3 di Madinah, Saudi Arabia, saya di sini bukan keinginan saya, tetapi karena perintah senior-senior saya untuk ke Jakarta.

Lalu sesampainya saya di Jakarta saya menjadi dosen di IAIN. Lalu di Universitas Muhamadiyah Jakarta, Universitas Asyafiiyah Jakarta, aktif dengan kegiatan kampus UI dan sebagainya.

Sejak saat itu saya terbiasa naik angkot, naik bus kota, naik kopaja, naik taxi. Macet Jakarta adalah bagian sehari-hari, polusi juga, dan banjir juga bagian dari hari-hari yang saya nikmati.

Kemudian terjadilah pemilihan partai, tanpa saya minta saya diamanatkan menjadi presiden partai dan saya terpilih menjadi ketua MPR.

Sebelum jadi Ketua MPR, saya melihat Jakarta dari bajaj, bus kota, ojek, dan ketika saya di MPR saya melihat Jakarta dari sisi lain, tamu saya ada yang dari presiden, perdana menteri dari negara lain, mereka melihat bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar tapi ibukotanya semrawut begini.

Tentu dalam waktu yang bersamaan saya juga terbiasa diluar negeri bertemu dengan presiden, dan saya banyak berada di ibukota luar negeri, Jakarta ini harusnya bisa berada dalam posisi hebat.

Indonesia negara terbesar di ASEAN, tapi dengan Kuala Lumpur masih kalah jauh. Bukan hanya dari panjangnya jalan tol, tapi dari sisi tidak macetnya, tentang ketertibannya, kebersihannya tentang pengurusan birokrasinya.

Dari obsesi itu dan pengenalan sehari-hari, saya tidak rela jika Jakarta hanya begini saja, karena potensi besar yang dimiliki, harapan internasional yang luar biasa dan juga kewenangan dan anggaran yang sangat besar.

Jakarta masih banjir dan termasuk rumah saya kebanjiran. Tapi ini semakin menantang saya lebih baik lagi.

Apa solusi mengenai hal itu?
Memang tidak bisa selesai dalam sehari dua hari karena melibatkan beberapa pihak, kalau masalah banjir di Jakarta ini terkait dengan banjir kiriman, itu berarti masalah tidak sepenuhnya ada di Jakarta. Yang kirim banjir itu dari mana, jelas itu dari Depok dan Bogor. Itu artinya Pemprov DKI harus bisa komunikasi dengan Pemrov Jawa Barat. Tapi komitmen itu harus ada dan dari komunikasi itu diharapkan ada solusi yang kongkrit.

Solusi ini dalam rangka memberi keuntungan dari bukan hanya dari Jakarta tapi dari Depok dan Bogor. Misalnya Jakarta investasi dengan membeli tanah dan membuat situ atau danau tapi kemudian ini digunakan untuk taman rekreasi danau atau tempat pemancingan umum, itu pasti menguntungkan kedua belah pihak dan itu digunakan untuk tempat penampungan air yang nantinya bisa untuk PAM, atau untuk menghadirkan alternatif kekurangan listrik. Kita hadirkan pembangkit listrik yang kecil, pasti menguntungkan Bogor, Jakarta dan Depok.

Atau misalnya Bendungan Katulampa dibuat sodetan besar dengan pipa-pipa dari besi atau baja yang diameternya 30 meter untuk dialirkan ke situ agar tidak banjir. Tapi kata kuncinya adalah manajemennya ini harus dimulai sejak sebelum air sampai di Jakarta karena sekali lagi kalau paradigma banjiir kiriman berarti harus kita kerjakan.

Masalah lain menurut Anda?
Kalau kita masuk Jakarta, problem sungai di Jakarta adalah sungai yang sudah mulai dangkal, bahkan sangat dangkal tapi ternyata untuk mengeruk sungai dangkal itu kewenangannya bukan di Pemrov DKI, tapi di PU dan anggarannya ada di PU dan APBN.

Sekarang ini bukan apologi, gubernur harus mampu mengkomunikasikan ini dengan PU agar PU peduli menyelesaikan masalah ini secepatnya. Sehari-hari PU sudah mengelontorkan anggaran untuk sunggai Pesangrahan, Angke dan Pas.

Apa mungkin Gubernur DKI membelokan air Kali Krukut ke PU? Sampai mereka tahu ini ada masalah, kita tidak ingin menyelesaikan masalah dengan masalah, tapi kita ingin menyelesaikan masalah tanpa masalah. Tapi kita tidak mengadaikan Jakarta.

Gubernur harus tahu betul masalah ini, sekali lagi, kalau Jakarta tidak macet itu menguntungkan semua pihak, pemerintah pusat juga, karena kalau macet tamu negara tidak bisa masuk, investasi tidak bisa masuk. Jadi memang gubernur harus bisa komunikasi dengan pemerintah pusat. Juga pada pihak provinsi di sekitarnya dan itu perlu waktu.

Perlu waktu bukan berarti gubernur tidak bekerja, hanya saja efektif atau tidak. Penyempitan bantaran sungai juga ini masalah Pemrov, karena mereka melakukan pembiaran masyarakat untuk tinggal di situ dan semakin sempit sungai yang berdampak pada lubernya air. Solusinya bukan mengusur tapi memanusiakan warga. Kita datangi mereka baik camat dan walikotanya.

Gubernur juga harus memberdayakan walikota, camat, RW, RT, sehingga bisa menyelesaikan masalah besar dan berada di garda terdepan. Karena Jakarta bukan hanya milik pribadi, tetapi milik semua.

Mengenai kawasan bantaran sungai?
Masalah bantaran sungai itu butuh solusi yang tepat, jangan anggap mereka bermasalah tetapi anggap mereka adalah kalangan terhormat. Itu butuh komunikasi.

Caranya dengan tidak buang sampah sembarangan, tapi pemerintah bukan LSM, pengamat yang bisa mengkritik. Tapi gubernur bisa mengkritik dan bisa menghadirkan solusi sekaligus. Kalau rakyat tidak boleh buang sampah sembarang, pemerintah harus menyediakan bak sampah yang dekat dengan pemukiman rakyat.

Mungkin solusi lain relokasi dan tidak jauh. Carikan tanah yang bisa dibeli, bangun rumah susun untuk membeli atau menyicil agar mereka terselamatkan dari banjir. Itu hanya suatu pemahaman untuk menyelesaikan masalah.

Kemudian keinginannya?
Saya ingin menghadirkan Jakarta yang sejahtera, modern dan berkesinambungan, itu bisa diganti dengan beragam paradigma, mungkin salah satunya business friendly. Jakarta yang dipersepsikan dunia bisnis dan internasional, dan bahwa di sini adalah tempat yang nyaman, kemacetan terurai dengan efektif.

Serta menciptakan Jakarta yang aman. Dari sisi birokrasi harus fix dan on the track dan tidak boleh hukum itu abu-abu, nanti orang yang akan berinves akan ragu. Kalau orang inves kan tergantung dengan kepastian hukum kalau hukum tidak pasti, pasti akan lari ke negara lain.

Jakarta yang aman karena hukum yang tegak, aman juga kriminalitas bisa dikurangi dengan sangat efektif dan itu beragam persoalan yang harus kita selesaikan di Jakarta, seperti banyak kasus premanisme di Jakarta. Ini menjadi sangat mengerikan, apalagi ada pemerkosaan di taksi, angkot dan ini menunjukan bukan gambaran Jakarta yang business friendly, tapi Jakarta yang mafia dan itu yang tidak boleh terjadi.

Apa untungnya business friendly?
Kemudian dengan Jakarta yang business friendly itu bisa menghasilkan BUMD yang kemudian bisa menghadirkan keuntungan dan bisa mengumpulkan APBD DKI dan dipergunakan sebesar-besarnya kepada rakyat DKI yang masih susah.

Dengan Jakarta business friendly itu juga kita bisa menyelesaikan permasalahan Jakarta seperti banjir. Kalau Jakarta punya uang lebih banyak, ada beberapa hal yang bisa dilakukan tanpa harus terkendala relasi PU tadi, misalnya membuat sodetan sungai. Ini bukan masalah memindahkan banjir tetapi mencarikan solusi.

Jakarta yang disejahterakan, ini ibukota negara jadi sewajarnya warganya mencicipi tentang keunggulan, kemakmuran Jakarta dan ini yang harus dipentingkan. Kalau itu diutamakan, menandakan negara yang madani dan itu memerlukan beberapa hal, BUMD yang efektif, kemampuan Pemprov DKI untuk membagi APBD, membangun program yang riil dan langsung ke masyarakat bawah.

Misalnya ditahun ini ada anggaran Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Rp540 juta, kita bisa meningkatkan anggaran itu, tetapi tidak juga menguap, dan harus ada pengawasan dan kerjasama dengan pihak yang sukses dalam memberdayakan masyarakat.

Cara lain membangun Jakarta?
Sebelumnya kita harus menyadari bahwa banyak ujung tombak Jakarta yang gajinya masih rendah, bahkan sebagian UMR. Perlu ditingkatkan kesejahteraan bagi para RT, RW, Lurah, petugas pertamanan pemakaman, pemadam kebakaran. Kesejahteraan mereka perlu ditingkatkan agar pelayanan mereka bisa lebih baik. Kalau tunjangan mereka masih minim, lalu bisa apa.

Jakarta yang berkelanjutan, kita berfikir membangun Jakarta itu tidak dengan memotong satu generasi, karena itu sangat rumit, karena banyak hal yang tidak mungkin.

Kita akan melanjutkan Keputusan Gubernur yang sebelumnya. Misal, dengan pembatasan truk, bebaskan kawasan Sudirman Thamrin dari SPBU itu bagus dan semacam itu layak untuk dilanjutkan. Termasuk yang dianjurkan yakni budaya Betawi yang cukup bagus, ada kreasi Batik Betawi misalnya, layak untuk dilanjutkan.

Menciptakan Jakarta yang hijau, dulu Jakarta merupakan kawasan yang hijau dengan kawasan yang penuh tumbuhan dengan kekhasannya, ada Mangga Dua, Kampung Rambutan, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Duren Tiga, Dukuh Atas, jadi alangkah indahnya jika perbanyak dengan hijaunya Jakarta tetapi dimulai dari pepohonan yang ada di Jakarta itu.

Kita perlu memanam kembali rambutan, dukuh, durian dan mangga. Semakin banyak pepohonan buah di Jakarta ini akan menciptakan pemandangan yang sangat indah, kalau berbuah pasti akan ada lebah dan pemadangan yang indah.

Ada kupu-kupu, lebah, burung adalah kota yang hidup dan layak untuk dihuni. Kalau di Singapura dan New Delhi seperti itu. Kita tidak mau seolah-olah dimulai dari nol, tidak. Tapi semua yang sudah bagus kita lanjutkan. Dengan ini kita berharap Jakarta bisa menjadi Ibukota yang setara dengan kehebatan Indonesia. Itu sebuah tantangan dan bisa diaplikasikan.

Kembali lagi mengenai kemunculan nama Anda yang tiba-tiba. Apa itu didahului oleh survei?
PKS adalah partai yang rasional, sebagaian besar aktivisnya adalah kaum intelektual tentu mereka melakukan hal-hal yang intelektual atau rasional, pasti pakai survei, dan entah bagaimana kebetulan menurut informasi hasil survei yang terpopuler saya, kedua Tifatul, hasil survei berbicara demikian. Popularitas Pak Sani juga terus membaik, dan itu sangat positif dan patut diapresiasi dan pantas diperjuangkan hingga Senin siang.

DKI menjadi faktor yang menjaga "performa" PKS. Dan untuk itulah dengan beragam komunikasi, PKS harus membuat keputusan untuk meningkatkan performanya.

Siapapun yang rasional dan mengerti peta politik di Indonesia, atau tentang Jakarta ibukota Indonesia yang memang dampak ke Internasional dan pilgub DKI yang memiliki dampak kemana-mana salah satunya 2014.

Karena tidak sampai dua tahun pilgub itu ada pemilihan umum presiden, itu waktu yang sangat pendek, jadi sangatlah wajar jika PKS memutuskan menjaga dan meningkatkan performanya.

Bagaimana Anda melihat lawan?
Kalau dikaitkan dengan kawan di dalam menghadirkan komitmen terbaik untuk Jakarta itu saya kemukakan karena saya berharap Pilgub DKI bisa jadi barometer yang positif terhadap kemajuan demokrasi di Indonesia, sebab kalau nanti Pilgub DKI Jakarta adanya paradigma lawan lalu yang dilanjutkan dengan konflik antar pendukung, tawuran, berdarah-darah itu akan merusak wibawa Indonesia dengan Jakarta sebagai Ibukota.

Saya orang yang pertama kali mempermasalahkan ketika ada orang yang bilang, itu gubernur impor. Ya semestinya kita menyadari jika Jakarta diisi oleh beragam-ragam, ada Kampung Melayu, Kampung Makasar, Kampung Ambon dan yang membuat Jakarta sebagai Jakarta itu bukan orang Jakarta dia adalah Fatahillah yang datang dari Cirebon.

Tetapi tentu saya kira tidak boleh menomorduakan rekan-rekan dari Betawi karena mereka adalah fakta bagian dari penduduk asli Jakarta dan mereka orang yang terhormat.

Kawan-kawan kami ini adalah orang-orang yang hebat, mereka datang ada yang dari luar Jakarta, mempunyai pegalaman unggul di Solo, Palembang, punya LSM yang hebat seperti Faisal Basri, ada yang punya pengalaman di tentara Hendarji, atau bahkan Foke sendiri, dia juga orang hebat.

PKS bisa menghadirkan permainan yang bisa mengimbangi, Jadi saya kira wajar jika PKS menghadirkan kadernya yang bisa menghadirkan permainan yang indah dan cantik dengan keseimbangan itu.

Bila ukurannya 2007, saat itu PKS sendirian dan mendapatkan 45 persen suara. Memang tidak serta merta jika sekarang PKS berhadapan dengan lawan yang banyak maka hasilnya akan seperti itu, karena jika mereka menghadirkan kadernya pasti militansinya sangat tinggi.

Pak Didik juga Ketua DPP PAN, dan namanya dimunculkan ketua umum PAN bukan dari PKS. Beliau didukung dari PAN, anggota DPR PAN dan tentu saja diharapkan mesin PAN bersama dengan beliau. Artinya kalau kami sendirian saja bisa eksis, apalagi jika ditambah beragam masyarakat dan suku yang menyatakan komitmennya untuk mendukung kami termasuk laskar betawi.

Bagimana PKS melihat Pilkada ini?
Intinya PKS melihat event yang sangat strategis, dan sewajarnya jika PKS ikut serta mensukseskan. Saya siap kalah, tetapi partai saya tidak menurunkan saya untuk kalah.

Bagimana melihat dualisme dukungan untuk Didik?
Mesin PAN, harusnya yang bisa bicara adalah orang PAN karena mereka sudah berani mengajukan ketuanya masa mesinnya tidak bergerak, yang lainnya kan bukan apa-apa di PAN, masa mendukung yang bukan pengurus.

Kalau itu yang terjadi, itu merupakan keanehan dari 7 keajaiban dunia. Tetapi Pak Hatta harus bertanggungjawab akan hal itu. Pak Didik juga harus bekerja untuk membuatnya yakin. Gerbongnya ke sana, tetapi kalau isinya ke Hidayat Didik.

Saya mendapatkan pernyataan langsung dari ketua DPW PAN, beliau berkata sudah diperintahkan Pak Hatta untuk sepenuhnya dan seluruhnya mendukung Hidayat-Didik, itu pernyataan formal juga, nanti resminya merupakan tanggungjawab moral dari rekan-rekan PAN. Saya berharap mereka juga serius. Masa tega memberikan dukungan ke yang lain daripada ketua DPP nya sendiri.

Sebenarnya kalau untuk dukungan ke Fauzi Bowo ada celah kesalahan mereka, katanya dukungan dari PAN diberikan ke Foke dan Adang, tapi ketika berubah menjadi Fauzi dan Nara katanya belum pernah dikomunikasikan oleh DPP dan belum mereka berikan rekomendasi dukungan, itu merupakan tantangan dari PAN jika mereka mengajukan Didik Rachbini ke PKS.

Ada kekhawatiran jika Pak Hidayat naik, akan disamakan dengan Depok, misalnya karaoke ditutup?
Itu kekhawatiran sebagian orang di beragam forum, saya menjawab dengan logika sejenis. PKS bukan baru akan memimpin, bukan baru akan punya gubernur, PKS sudah punya gubernur Jawa Barat, Sumatera Barat dan PLT Gubernur Sumatra Utara. Dan adakah satu yang dikhawatirkan anda dengan ketiga provinsi itu.

Sementara Depok?
Itu peraturan perundang-undangan. Perda bukan hanya dibuat saat fatwa saja, Perda memang selama ini ada. Kita ini ada di Indonesia, dan Pemda itu bukan lembaga yang otonom semuanya mau kita lihat dari sisi perundangan, dan pasti ada hirarki yang sudah diatur sedemikian rupa dan tidak bertentangan dengan aturan diatasnya.

Sekarang dudukan saja, segala sesuatu di Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kalau boleh dan tidak melanggar peraturan perundangan tidak mungkin dilarang.

Tapi sekalipun misalnya agama dan tidak sesuai dengan aturan perundangan, misalnya merajam orang misalnya tiba-tiba ada orang yang melakukan perzinahan lalu dilempari batu, dia pasti akan dikenakan sanksi hukum yang lain. Jadi intinya kita sudah sepakat dengan Indonesia di mana peraturan perundangannya jelas kita laksanakan itu.

Yang diperlukan adalah bagaimana masyarakat memahami peraturan perundangan yang ada, kalau mau berbisnis yah harus sesuai dengan peraturan yang ada. Dan aturan perundangan yang membatasi itu bukan hanya di Indonesia, di negara-negara seperti Inggris, Amerika pasti ada hal yang tidak boleh dilakukan dan boleh dilakukan, Anda kemana saja pasti begitu. Intinya, apa kata UU laksanakan itu.

Kalau satu produk perundangan bertentangan dengan UU di atasnya itu Anda bisa melakukan judicial review ke MA, kalau terkait dengan UUD anda bisa melakukan ke MK, dan anda bisa mengalahkan UU yang dibuat oleh siapapun. Oleh DPR, gubernur itupun kalau ternyata berlawan dengan UUD.

Tidak ada pengawasan Mendagri kepada peraturan daerah, kalau bertentangan kan pasti dicabut, misalnya wacana pencabutan Perda miras, ada yang dicabut Indramayu, Bandung dan Tangerang. Anda pasti tahu siapa kepala daerahnya, dan itu bukan PKS, jadi kenapa yang diperkarakan PKS. Itu yang menurut saya tidak rasional.

Kalau jadi Gubernur, bagaimana dengan FPI?
Sekali lagi, negara kita adalah negara hukum, mau FPI, JIL, LBH, kalau tidak melanggar hukum tidak bisa diapa-apakan.

Kalau merusak?
Kalau merusak itu melanggar hukum ya pasti ada hukum yang mengatur, tetapi kenapa tidak mempermasalahkan premanisme yang bukan hanya merusak tetapi membunuh orang, itu kan tidak adil.

Saya ingin melihat dari pendekatan bagaimana publik mempermaslahkan yang ada di lapangan. Ternyata yang dipermasalahkan adalah hanya kelompok-kelompok tertentu, sedangkan kelompok yang lain tidak. Tapi jika hanya FPI yang dipermasalahkan nantinya pasti dia akan semakin melakukan tindakan yang radikal karena merasa diperlakukan tidak adil.

Saya tahu FPI tidak semuanya seperti itu, dulu Habib Rizieq pernah membekukan FPI karena banyak penyusup yang masuk FPI dan merusak citra FPI. Bahkan dia kooperatif dengan polisi untuk melakukan pengeledahan karena dia tahu banyak penyusup.

Jadi kata kunci, PKS bukan FPI, dan rekan FPI punya pilihan partai yang lain. PKS organisasi politik dan bukan ormas.

Orang PKS yang nantinya menjadi gubernur, di manapun mereka akan diberikan kepada peraturan perundangan. Kalau salah siapapun dia ya salah mau pakai nama apapun harus dihukum kalau salah. Begitulah hukum dan keadilan.

Tapi tentu saja menghimbau warga untuk tidak anarkis dan pengadilan jalanan, harus ditegakan dengan hukum. Polisi dan jaksa harus bekerja secara maksimal.

Kembali mengenai pemikiran. Bagaimana strategi Anda mengurangi kemacetan dan bagaimana koordinasi dengan wilayah penyanggah kota Jakarta?
Tentu saja menyelesaikan Jakarta tentu bukan dari Jakarta, karena tadi ada banjir kiriman, penduduk malam kota Jakarta berbeda pada siang hari itu artinya ada pendatang dari luar kota Jakarta, antrean masuk kota Jakarta dari Depok, Bekasi, Tangerang dan itu luar biasa.

Karenanya memang, banyak yang menguji kami agar bisa membuat payung hukum yang kuat untuk menghadirkan koordinasi yang efektif penyelesaian masalah Jakarta. Mungkin yang diperlukan adalah bagaimana justru Pemrpov DKI tidak mengurangi kewenangan otonomi bagi daerah yang lain kemudian harus dijadikan kiblat.

Gubernur DKI harus turun dan harus mampu berkomunikasi untuk lebih banyak semacam memberikan konsensi, untuk mencarikan solusi ini bahwa banyak permasalah Jakarta datangnya dari luar. Selama ini orang mempersepsikan dua terminologi, pusat dan daerah, kalau daerah itu kelas dua, kalau Jakarta adalah segala-galanya.

Tapi kalau kita coba balik, di mana gubernur yang mau mendatangi, mendengar bahkan memberikan konsensi lebih banyak untuk kemaslahatan semuanya, dan juga sangat dipentingkan adalah bukan logika saling mengancam tetapi mengedepankan pendekatan saling menguntungkan dengan porsi Jakarta lebih banyak memberikan masukan karena Jakarta memang punya kemampuan ekonomis dan APBD dari sisi ekonomi yang bisa dibagi.

Kalau pak Hidayat mengatasi Jakarta dengan apa?
Pertama, kalau kita urai kemacetan Jakarta datang dari dua kawasan besar dari kawasan yang datang dari dalam Jakarta dan di luar Jakarta. Yang datang dari luar Jakarta tidak kurang dari 800 ribu kendaraan setiap hari, dan itu jumlah yang sangat signifikan, kalau bisa setengahnya saja diparkirkan buat aman dan nyaman oleh Pemrov DKI, itu sudah mengurangi kemacetan Jakarta secara efektif.

Dua, dari situ juga harus dibuatkan angkutan massa yang bernana busway, monorail, subway atau kereta yang commuter itu.

Dari luar kita cegat dari beberapa titik Jakarta dengan memberikan alternatif perparkiran yang aman dan nyaman dan sekaligus mereka bisa melanjutkan perjalanan yang aman dan nyaman dengan beragam transportasi massal.

Dari dalam kota Jakarta juga permasalahan muncul, salah satu solusinya menghadirkan TransJakarta yang aman dan nyaman agar tidak cenderung menggunakan kendaraan pribadi dan mereka bisa menggunakan TransJakarta.

Salah satu problemnya itu, jumlah armada Transjakarta tidak memadai pada waktu sibuk, siang haripun tidak memadai. Mereka harus antre berjam-jam untuk menunggu Tranjakarta, siapa yang nyaman dengan kondisi seperti ini, pasti kembali lagi ke mobil pribadi. Solusinya memperbanyak armada Transjakarta sehingga perjalanannya lancar dan cepat.

Ketiga, tentu koridor busway itu masih terbatas belum menjangkau kawasan lain, untuk itu diperlukan penambahan koridor busway sehingga bisa mencangkup jarak-jarak yang cukup jauh.

Keempat, masih saja berkeliaran mobil yang sudah kadaluarsa, karenanya dapat menghadirkan knalpot yang asapnya menggangu kesehatan dan udara, untuk itu Uji kir kendaraan bisa dilakukan sangat ketat sehingga hanya mobil yang betul lolos uji yang bisa layak jalan dan dari situ bisa dilakukan pengurangan kendaraan.

Kemudian, buat peraturan jika ingin membeli mobil diwajibkan untuk menyediakan tempat parkir. Karena sebagain macet itu disebabkan mereka parkir dipinggir jalan.

Kemacetan kan kuncinya transportasi massal, apa mau buat moda transportasi baru dalam waktu dekat?
Saya kira yang paling bagus adalah melanjutkan transportasi massal yang sudah ada, misalnya Transjakarta hanya yang menjadi masalahnya adalah armadanya sehingga menghadirkan anomali, satu pihak jalur busway kosong melompong di yang lain malah padat.

Melanjutkan dalam arti menambah jumlah armada. Pendekatan yang berikutnya adalah dengan menghadirkan jenis transportasi massal yang efektif dan ada busway, monorail, ada jalur pejalan kaki, jalur untuk sepeda, itu di Bangkok dan itu juga bagian yang patut juga dipikirkan.

Dari hal itu yang paling dekat adalah memaksimalkan TransJakarta. Mulai digarap uji kir dilanjutkan dan diketati, perparkiran di pintu masuk Jakarta.

Kira-kira menang satu putaran tidak?
Kalau menurut rekan-rekan bagaimana? Kalau satu putaran kan tidak seru.

Bagaimana perhitungannya?
Kalau umumnya kan sudah tau, ada enam kandidat, kemenangan di Jakarta kan tidak seperti kemenangan di luar Jakarta. Kalau di luar Jakarta 31 persen, kalau di Jakarta 51 persen. Dengan enam kandidat kelas gajah bukan perkara gampang.

Tapi kalau PKS lari maraton itu kan biasa, intinya kami siap dan sekarang sedang mengetuk sejuta pintu yang secara umum perlu diyakinkan kembali. Pengenalan publik saya di Jakarta 89 persen, itu sisa-sisa pengenalan jaman 2004. Sekarang kami lebih efektif. Kita tidak ingin kegagalan di Banten, Bekasi lanjut di Jakarta, ini harus dibayar dan harus punya spirit juang tapi tidak boleh berlebihan.

Paling berat siapa?

Kami tidak melihat siapa yang berat dan teringan. Semuanya punya potensi yang bagus dan dipercaya oleh masyarakat karena mereka punya track record yang bagus, tinggal bagaimana masyarakat Jakarta berfikir secara rasional dan tentu harapannya adalah birokrasi melaksanakan tugasnya tidak boleh berpihak secara terbuka dan tertutup.

Taglinenya apa?
"Ayo Beresin Jakarta"
(www.islamedia.web.id)

KIPRAH DPC

NASIONAL

DUNIA PKS

 

© Copyright DPC PKS Lawang 2010 -2011 | Redesign by PKS Lawang | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.