dakwatuna.com - Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menasihati panglima Khalid bin Walid justru telah menang perang gilang gemilang di Irak, “Semoga Allah mengaruniakan kepadamu kelurusan niat dan kedudukan yang tinggi. Sempurnakanlah amalmu, maka Allah akan menyempurnakanmu. Janganlah kamu terkena penyakit ujub, karena hal itu akan membuatmu merugi dan terhina. Jauhilah olehmu sifat unjuk dan pamer atas suatu perbuatan, karena sesungguhnya hanya Allah-lah sang Pemberi anugerah dan kemuliaan, Dialah yang maha Pembalas…(Tarikh al-Tabri, dari buku Hambatan-hambatan dakwah, dikutip dari buku new Quantum Tarbiyah)
Subhanallah, Allah masih memberikan pelajaran-pelajaran yang luar biasa dari orang-orang yang luar biasa seperti Khalifah Abu Bakar dan Khalid bin Walid dalam riwayat di atas. Sungguh ini tidak berlaku pada Khalid bin Walid saja yang baru saja menang dalam pertempuran di Iraq tapi, untuk kita semua para generasi selanjutnya dalam estafet perjuangan dakwah Islam ini. Sebenarnya ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari riwayat ini. Dan ini menurut saya ya…, kalau mau ditambahin silakan saja.. saya ndak marah kok..
Pelajaran pertama: Abu Bakar sebagai Khalifah memerankan perannya sebagai the real khalifah.. menasihati bawahannya untuk berlaku zuhud dan tidak berlebihan dalam euphoria kemenangan yang sesungguhnya ini adalah kemenangan yang diberikan Allah. Dan ini adalah tindakan yang luar biasa..
Pelajaran kedua: Abu Bakar ‘mendoakan’ Khalid bin Walid agar senantiasa Allah mengaruniakan kelurusan niat dan kedudukan tinggi kepada Khalid bin Walid. Kelurusan niat dalam beramal dan berdakwah adalah syarat mutlak untuk diperbuat terlebih dahulu. Karena amal tanpa niat yang ikhlas hanyalah seperti mangkuk telungkup yang diisi air. Mangkuk itu tak akan pernah terisi air. dalam kata lain perbuatan yang sia-sia, tidak ada pahalanya…ketika kita sudah memiliki niat yang ikhlas dalam “Menolong” agama Allah, maka yang kemudian terjadi adalah kedudukan tinggi pun akan diberikan oleh Allah. Seperti yang Allah firmankan dalam QS. Muhammad: 7
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu, dan meneguhkan kedudukanmu.”
Pelajaran ketiga: kata-kata “Sempurnakanlah amalmu, maka Allah akan menyempurnakanmu. Janganlah kamu terkena penyakit ujub, karena hal itu akan membuatmu merugi dan terhina” yah.. dengan menyempurnakan amal maka Allah akan menyempurnakannya. Menyempurnakan amal dalam segala amal adalah sebuah keharusan. Karena sempurna itu indah dan Allah menyukai keindahan. Semisal ketika shalat, rukun-rukunnya dilakukan dengan sempurna, dari awal sampai akhir dan juga khusyu’ dalam shalat adalah penyempurna amal shalat. Begitu juga dengan amal-amal lain. Ketika semua amal itu dikerjakan dengan sungguh-sungguh termasuk hal-hal yang mendukung kesempurnaan amal tersebut maka Allah akan menyempurnakannya.
Pelajaran keempat: “sesungguhnya hanya Allah-lah sang Pemberi anugerah dan kemuliaan” hanya Allah lah saja pemberi kemenangan. Jadi kalau mau menang dan mulia, maka mintanya kepada Allah bukan kepada yang lain. Semisal pada saat pilkada, sebuah partai ingin menang tentunya dengan ikhtiar harus diiringi dengan kedekatan dan minta ampun dan kemenangan kepada Allah agar diberikan keadilan dalam prosesnya dan Kesejahteraan sesudahnya, tentunya kemenangan telah diraih . Allah pemilik segala kemenangan dan pemilik takdir, maka mintalah takdir yang baik kepada Allah menurut Allah tentunya. Karena baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, and otherwise… ketika kalah jangan berkecil hati dan marah, coba cek, apakah ada kekurangan dalam ikhtiar atau bahkan kita belum dekat kepada Allah, kurang doa kepada Allah, amalan yaumi kita kurang dan belum sempurna. Cek diri dulu itu inspirasinya. Dan mungkin belum waktunya. Bukan menang atau kalah yang jadi persoalan, yang menjadi persoalan adalah sejauh mana kesandaran kita kepada Allah ketika menang ataupun kalah.
Pelajaran kelima: seorang diri Khalid bin Walid yang tidak marah ketika diberi nasihat seperti itu, dan menerima nasihat itu dengan lapang dada, dan dijadikannya sebagai tadzkirah (peringatan). Di sini terlihat bahwa Khalid bin Walid yang patuh kepada qawamnya. Dan nasihat ini menjadikan daya dorong lagi dari seorang Khalid dalam beramal setelahnya. Akan selalu meluruskan niat, menyempurnakan amal, dan tidak bersikap ujub, serta menyerahkan semuanya kepada Allah karena Allah lah yang tahu kapan kemenangan itu akan diberikan..
Yah.. semoga kelima pelajaran ini dapat kita pelajari. Sehingga kita menjadi muslim yang penuh keoptimisan dalam beramal. Tak ragu sedikitpun. Berani berjuang. Karena Allah maha Melihat apa-apa yang kita kerjakan. Dan Allah juga Sang Maha Pembalas terhadap amal-amal yang perbuat di dunia ini.
Dan semoga Allah mengaruniakan kita kelurusan niat dan kedudukan tinggi.. Seperti doanya Khalifah Abu Bakar kepada Khalid bin Walid. Insya Allah..
Wallahu’alam
Posting Komentar