Kemenangan demi kemenangan atas kebaikan mulai bersemi. Secara bergiliran kita bisa melihat partai FJP menang di mesir, AKP kembali memimpin di Turki, Partai Ennahda menang di Tunisia, Partai PKP berjaya di Maroko. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa partai-partai tersebut sebelumnya hidup di bawah naungan otoriter penguasa sebelumnya yang berkuasa cukup lama dan tentunya gerak dan sepak terjang mereka dibatasi bahkan sering dipantau. Pasca kekacauan penggulingan penguasa mulailah mereka muncul satu per satu dan ikut andil dalam pemilihan umum. Alhasil, dengan izin Allah swt mereka mampu mengungguli partai kompetitor lain yang notabene bercokol lebih lama. Faktor apakah yang menyebabkan mereka bisa menang?Akankah PKS akan mengikuti jejak mereka ataukah malah semakin terpuruk?
Sayyid Quthb dalam karyanya Fi Dzhilalil Quran menyampaikan faktor-faktor apa sajakah yang akan menyebabkan sebuah gerakan Islam Pembaharu belum mampu meraih kemenangan. Dan bisa jadi faktor-faktor itulah yang menyebabkan Allah swt belum saatnya memberi kemenangan. Tentu menjadi tugas para da’i pembaharu untuk memenuhi faktor-faktor itu. Faktor-faktor itu diantaranya
· Boleh jadi, kemenangan itu datang terlambat. Karena bangunan kaum mukminin belum mencapai tingkat kematangan yang prima, belum mencapai kesempurnaan, belum sempat menghimpun seluruh potensinya serta belum menampakkan kesiapan dan kekuatannya. Sehingga, jika pada kondisi ini, mereka mendapatkan kejayaan, niscaya kejayaan itu akan segera ambruk kerena mereka tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankannya dalam jangka waktu yang panjang.
· Boleh jadi, kemenangan itu datang terlambat, agar kaum mukminin mengerahkan tenaga dan simpanan terakhir yang dimilikinya. Sehinga tak lagi tersisa pada dirinya barang-barang berharga dan mahal. Semuanya di persembahkan secara mudah demi sabilillah.
· Boleh jadi, kemenangan itu datang terlambat sampai kaum mukminin menguras habis kekuatannya. Sampai pada akhirnya mereka tahu bahwa kekutan manusia tanpa dukungan Allah tidaklah menjamin datangnya kemenangan. Kemenangan itu hanya datang dari Allah manakala mereka mengarahkan seluruh tenganya seraya menyerahkan segala urusan atau bertawakal kepada-Nya
· Boleh jadi kemenangan itu terlambat datang agar ketika mereka meneguk berbagai penderitaan dan pengorbanan, hubungan mereka dengan Allah semakin kuat. Mereka tidak menemukan sandaran selain Allah dan tidak ada tempat mengadu dalam suasana duka selain Allah. Hubungan seperti inilah yang menjadi jaminan utama bagi terwujudnya sikap istiqomah setelah mereka meraih kemenangan. Maka mereka tidak bersikap melampaui batas dan tidak menyimpang dari kebenaran.
· Boleh jadi, kemenangan itu datang terlambat karena kaum beriman dalam perjuangan dan pengorbanannya belum murni kepada Allah semata dan demi da’wah di jalan-Nya. Mungkin mereka berperang karena harta peperangan, atau karena keangkuhan atau untuk menunjukkan keperkasaannya di hadapan musuh. Sementara Allah SWT menginginkan jihad itu semata-mata karena-Nya dan di jalan-Nya, bersih dari segala kepentingan selainnya.
· Boleh jadi kemenangan itu datang terlambat karena di tengah-tengah kebatilan yang sedang di perangi oleh kaum mukminin, masih terdapat sisa-sisa kebaikan. Sedangkan Allah menghendaki agar kebatilan itu tumbuh tanpa melibatkan sisa-sisa kebaikan di dalamnya.
· Boleh jadi kemenangan itu terlambat datang karena kebatilan yang sedang di berantas oleh kaum mukminin itu belum tampak kepalsuannya di khalayak. Seandainya dalam kondisi ini kebatilan itu di tumbangkan oleh kaum mukminin, mungkin muncul orang-orang yang terpedaya untuk menjadi pembela kebatilan, disebabkan mereka (orang-orang yang terperdaya itu) belum menyingkap tabir kebohongan kebatilan itu. Dengan demikian, kebatilan itu akan tetap berurat berakar pada jiwa manusia yang tak berdosa yang belum memahami hakikat kondisi yang dihadapinya. Maka, Allah SWT menghendaki kebatilan itu bertahan sampai manusia dapat melihatnya sebagai kebatilan dengan jelas dan mereka tidak menyesali kehancurannya.
· Boleh jadi, pertolongan Allah terlambat turun karena lingkungan yang belum layak untuk menyambut datangnya kebenaran, kebaikan dan keadilan yang dilakukan oleh kaum beriman. Seandainya dalam kondisi seperti ini kaum beriman mendapatkan kemenangan, niscaya akan timbul perlawanan dari lingkungan yang belum memiliki stabilitas iman. Dengan demikian, akan terjadi pertarungan yang berkepanjangan.
Oleh: Sandhi Anggoro H
(Di sarikan dari tafsir Fi Dzilalil Qur’an, Sayyid Qutb) didapat dari materi Mabit
Posting Komentar