Ada sesuatu yang menarik dari Rapim DPC tadi pagi yaitu tentang evaluasi kinerja DPC selama satu tahun kepengurusan 2011. Secara quantity kegiatan ada kemajuan berarti, dari sisi keaktifan kader juga ada peningkatan tetapi dari sisi manajerial organisasi kita masih lemah. Program kerja yang kita laksanakan secara konsep dan teknis cenderung masih didominasi di level top (baca: ketua). Pola perencanaan dan organizing masih bersifat sentralistik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa peran dari level midle (baca: ketua bidang) kurang optimal. Apa penyebabnya? Bisa jadi karena ada keraguan mungkin bisa juga kekhawatiran jika nantinya hasil yang diperoleh gagal, program yang banyak di tengah kesibukan pribadi juga bisa menyumbang terhadap situasi ini. Dari beberapa sebab inilah akhirnya berujung pada minimnya kreativitas level middle.
Dilihat dari aspek organisasi maka kondisi seperti ini tidak sehat karena manajemen organisasi mutlak sepenuhnya top-down. Level bottom (baca: anggota/kader) dan middle bersifat pasif, menunggu instruksi tanpa mau meng –inisiasi, mengkreasi. Dilihat dari kaderisasi, bisa diprediksi organisasi akan menemui jalan buntu ketika memasuki masa regenerasi. Tidak ada pewarisan nilai dan akibat terburuk adalah lost generation.
MEMPRIORITASKAN PERSOALAN YANG RINGAN DAN MUDAH ATAS PERSOALAN YANG BERAT DAN SULIT
Salah satu bab dalam bukunya fiqh prioritas, Dr. Yusuf Qaradhawi mengatakan di antara prioritas yang sangat dianjurkan di sini, khususnya dalam bidang pemberian fatwa dan da'wah ialah prioritas
terhadap persoalan yang ringan dan mudah atas persoalan yang berat dan sulit. Berbagai nash yang ada di dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi saw menunjukkan bahwa yang mudah dan ringan itu lebih dicintai oleh Allah dan rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
"... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu..."
(al-Baqarah: 185)
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah."
(an-Nisa': 28)
"... Allah tidak hendak menyulitkan kamu..."
(al-Maidah: 6)
Rasulullah saw yang mulia bersabda, "Sebaik-baik agamamu ialah yang paling mudah darinya."
(HR. Ahmad dan Bukhori)
'Aisyah berkata, "Rasulullah saw tidak diberi pilihan terkadap dua perkara kecuali dia mengambil yang paling mudah diantara keduanya selama hal itu tidak berdosa. Jika hal itu termasuk dosa maka ia adalah orang yang paling awal menjauhinya." (muttafaq ’alaih)
Dalam hal beribadah saja ada prioritas yang harus dipilih dengan tujuan untuk memudahkan bagi orang yang akan melakukannya. Bagaimana kalau prioritas ditinjau dari sudut organisasi?
Pada intinya sama yaitu organisasi harus mampu membuat prioritas kerja tentunya didasarkan pada kondisi dan kemampuan yang dimiliki organisasi itu sendiri. Stok pengurus yang minim talenta, kader yang sedikit tentu sulit untuk menjalankan program kerja yang beragam. Akan lebih baik kalau dibuat prioritas dalam bentuk prioritas kerja dan prioritas struktur. Satu program kerja meskipun sederhana lebih baik kalau bisa dijalankan secara konsisten daripada banyak tetapi serabutan dan cenderung terpaksa.
Prioritas kerja baik untuk pembelajaran level middle. Fokus terhadap satu program kerja akan mendorong para kabid untuk selalu berinovasi. Bagi saya inovasi atas hasil sendiri lebih utama daripada hanya cenderung sebagai pelaksana kegiatan. Yang perlu dipahami bahwa fokus pada satu kegiatan bukan berarti akan selamanya hanya satu kegiatan yang dilaksanakan. Akan tetapi bermula dari satu kegiatan jika dibuat semenarik mungkin secara kontinyu akan melahirkan ide-ide baru. Ide baru bisa berupa kegiatan baru, metode baru, tools baru dan yang paling penting adalah kemampuan dan semangat baru. Dari sini muncullah konsep MEMPRIORITASKAN KEGIATAN YANG RINGAN DAN MUDAH ATAS KEGIATAN YANG BERAT DAN SULIT. Wallahua’lam
PKS untuk Kota Lawang
Sandhi Anggoro H |
Posting Komentar