Rofi' Munawar, Lc |
Jakarta, (26/3) – Pemerintah harus tetap fokus menjaga stabilitas harga bahan pokok di masyarakat, mengingat kini beberapa harga bahan pokok merambat naik di berbagai daerah menjelang kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Kenaikan yang terjadi rata-rata hampir sebesar 30-50% di sembilan bahan pokok utama.
Anggota Komisi IV DPR RI Rofi Munawar, “Pemerintah harusnya tetap fokus dalam menjaga stabilitas harga dan menjaga daya beli masyarakat. Jika memang tidak ada hubungannya kenaikan BBM, seharusnya kenaikan bahan pokok tidak perlu terjadi di banyak daerah.”
Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan (8/3), kenaikan harga bahan pokok di berbagai daerah tak terkait spekulasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun banyak lapisan masyarakat mengeluhkan bahwa berbagai kebutuhan pangan pokok naik karena BBM akan dinaikan.
Di Pasar Rawa Badak, Jakarta Utara, misalnya, harga beras dan cabai mulai merangkak. Beras Rojo Lele, misalnya, kini per kilo dijual seharga Rp 10 ribu. Sejak sebulan lalu, harganya terus merangkak dari Rp 7.500. Begitu pula beras jenis lain, rata-rata juga mengalami kenaikan antara 20 hingga 30 persen. Sementara di Pasar Kreo, Tangerang, Harga cabai mengalami kenaikan mencapai lebih dari 50%. Selain itu harga bawang merah dan putih juga turut mengalami kenaikan. Harga bawang putih saat ini mencapai Rp20.000 per kilogram naik sekitar Rp4.000 dari dua minggu sebelumnya.
Legislator dari Jatim VII ini menambahkan, “Pengalaman selalu mengajarkan kepada kita menjelang hari raya maupun rencana kenaikan BBM bahwa dipastikan diikuti, dibarengi, bahkan didahului oleh kenaikan harga sembako. Harga bahan pokok seringkali naik tidak hanya ditentukan oleh alur distribusi dan mekanisme transaksi ekonomi semata. Namun juga kondisi psikologi dan sosial,”
Pemerintah selain perlu mengontrol alur distribusi dan tata niaga bahan pokok, seharusnya mampu memastikan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terjaga dengan baik. Jika dibiarkan terus menerus akan banyak sekali spekulan yang memanfaatkan kondisi keresahan konsumen dengan menimbun pangan pokok untuk meraih keuntungan dan di sisi lain menaikan harga kepada konsumen.
“Pemerintah tidak boleh menutup mata atas kondisi kenaikan ini, harus bergerak cepat dan antisipatif. “ tegas Rofi’.
Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi inflasi akan mengalami kenaikan sebesar tiga persen dari kondisi saat ini, jika kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diberlakukan oleh pemerintah. Sedangkan, Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan laju inflasi pada akhir tahun bisa mencapai 6,8 persen, apabila BBM dinaikkan sebesar Rp1.500 per liter dan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) jadi diberlakukan. (sumber: www.fpks.or.id)
Posting Komentar